Baiklah, postingan ini melanjutkan postingan sebelumnya yang berjudul “Mudah Mendapat Jodoh”.
Banyak orang percaya bahwa pacaran adalah salah satu jalan terbaik untuk melakukan penjajagan dan pengenalan terhadap pasangan yang kelak kan dinikahi. Mereka menganggap pacaran adalah ajang untuk saling mengetahui dan memahami karakter masing-masing. Pada fase pacaran mereka mencoba menelaah apakah sosok yang jadi pacarnya ini cocok dan layak untuk dijadikan pasangan hidup dan diresmikan lewat pernikahan yang sah menurut agama dan hukum negara, atau tidak.
Tapi pada kenyataannya, pacaran tak hanya dilakukan bagi mereka yang kan menikah saja. Pacaran bahkan dilakukan oleh anak-anak remaja yang kalau ditanya kapankah mereka punya target untuk menikah, maka jawabannya mungkin bertahun-tahun kemudian. Dan ketika ditanya apakah mereka pacaran untuk menikah, maka jawabannya biasanya mereka hanya menjalankan hubungan biasa saja, gak sampai sebegitu seriusnya. Lantas kenapa mereka pacaran?
Anak remaja pada umumnya pacaran untuk menyalurkan kebutuhan manusiawi, yakni dicintai dan mencintai. Karena lingkungan yang menganggap pacaran itu lumrah, maka mereka pun menganggap sah sah saja mereka pacaran. Ekspresi kasih sayang mereka lakukan dengan bentuk keromantisan, bahkan bisa jadi diangap kemesuman. Tidak hanya saling menyanjung dengan ungkapan sayang, belaian, pelukan dan ciuman pun menjadi dianggap biasa dalam berpacaran. Ada pula yang sudah berani melakukan hubungan seks, padahal mereka masih duduk di bangku SMP. Pacaran seperti ini adalah pacaran gaya barat. Dimana hal-hal seperti ini sudah dianggap biasa, bahkan para orang tua sudah memberi anak laki-laki mereka kondom saat remaja (konon kabarnya).
Kalau pacaran sudah mengarah ke hal-hal seperti ini, waduh mengerikan rasanya.
Baiklah, kita kembali ke awal. Jika pacaran memang terlalu riskan untuk dijadikan sarana saling pengenalan, maka cobalah pakai cara yang lain. Dalam konsep Islam ada yang disebut dengan taaruf. Taaruf dalam bahasa Indonesia artinya perkenalan. Ya, perkenalan sebelum menikah.
Sejauh yang saya tahu, biasanya proses taaruf diawali dengan saling tukar menukar biodata dan ada juga yang dilampirkan foto. Biodata tersebut mengungkap secara lengkap tentang siapa kita. Dalam taaruf biasanya ada pihak lain yang dipercaya sebagai perantara. Perantara ini biasanya sosok yang memang benar-benar amanah sehingga bisa dipercaya. Ketika masing-masing pihak yang berkepentingan merasa cocok, maka dilanjutkan dengan pertemuan diantara keduanya dengan melibatkan puhak lain yang diangap dipercaya. Setelah mereka bertemu dan merasa cocok maka dilanjutkan dengan mendatangi dan memohon restu orang tua kedua belah pihak. Kalau orang tua setuju maka dilanjutkan dengan proses khitbah alias lamaran, lalu selanjutnya dilakukan pernikahan. Lama proses taaruf berpariasi, bisa dalam hitungan minggu, bisa juga dalam hitungan bulan. Biasanya sih membutuhkan waktu sekitar tiga bulan.
Lalu bagaimana dengan Achoey?
Baiklah, saya akan buka-bukaan kali ini. Jujur, saat ini saya sedang dalam proses menuju pada pernikahan. Dan proses yang saya lakukan bersama calon istri saya adalah seperti berikut ini.
Sebagai sesama pengguna internet, kami bersua di dunia maya. Awalnya kami biasa melakukan sharing tentang banyak hal lewat chating. Merasa diantara kami banyak kesamaan maka kami pun menyepakati untuk melakukan sebuah niat mulia, melakukan penjajagan untuk menikah. Sharing pun kami coba arahkan untuk saling mengenali satu sama lain. Banyak hal yang kami bahas, dari mulai hal-hal yang dianggap orang penting sampai pada hal-hal yang mungkin gak banyak orang anggap penting, semisal apakah kalau tidur suka mendengkur, apakah kalau tidur lampu biasa dimatikan dan lain-lain. Buat kami ini penting karena jika diantara kami ada yang gak bisa tidur kalau mendengar dengkuran sementara ada diantara kami yang mendengkur maka ini masalah, bisa jadi tidak hanya pisah ranjang tapi juga pisah kamar bahkan pisah rumah kalau tidur hehehe.
Setelah melewati fase perkenalan lewat tanpa bertatap muka, maka akhirnya kami memutuskan untuk bersua. Kami mungkin hanya butuh sedikit waktu untuk menyepakati bahwa kami telah membulatkan tekad untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, yakni memohon ijin pada orang tua kedua belah pihak. Jelas orang tua kami kaget ketika kami ditanya sejak kapan kami pacaran, dan kami katakan tidak. Kami hanya menyampaikan bahwa sebelumnya kami telah melakukan komunikasi effektif untuk saling mengenali dan kami baru bertemu beberapa jam yang lalu. Kami tahu dalam Islam pun disarankan ketika kita akan menikah kita melihat calon istri kita dulu, karena biasanya kecendrungan itu akan terasa lebih kuat setelah memandang. Yang dipandang biasanya wajah dan telapak tangan.
Awalnya kedua orang tua kami mungkin merasa aneh dan sedikit ragu, tapi setelah kami yakinkan maka mereka pun setuju asal kami berdua benar-benar bertanggung jawab atas keputusan yang sangat penting ini. Maka khitbah pun telah saya lakukan dan tinggal menunggu waktu pernikahan yang telah ditetapkan pihak perempuan dan disepakati oleh pihak laki-laki. Mudah kan, gak perlu waktu lama. Biar kami pacarannya setelah menikah saja. Akan jauh lebih indah, dan yang pasti halal, aman dan berkah. Mohon doanya agar sakinah.
Nah, silakan sahabat-sahabat untuk menentukan dengan bijak cara sahabat dalam memantapkan hati untuk menikah. Dan bagi yang sudah menikah, silakan sharing pengalaman terhadap kami.
( created by: el haris)
